Menggadaikan Kebahagiaan

Photo by drmakete lab on Pexels.com

Ada sebuah peribahasa,
Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian
atau
Lebih baik terluka sekarang daripada terluka nanti

We pressure ourselves to complete the duty without grasping what it means in the first place. We have impossible expectations to be happy despite it being just a spectrum of temporary emotions. Life is a long business, which is why it needs to be filled with lifetime commitments.

In the Middle of Everything – Lala Bohang

Setelah membaca In The Middle of Everything dari Lala Bohang, kemudian ada pertanyaan yang berputar-putar di kepala. Memangnya ada jaminan kalau sekarang bersakit-sakit, bersusah-susah, terluka, di masa depan tidak akan mengalaminya? Bukankah selama masih hidup di dunia ini, suka dan duka adalah sesuatu yang datang silih berganti, sehingga merasakan rasa sakit atau terluka di masa depan adalah hal yang masih mungkin terjadi meskipun saat ini sudah merasakannya?

Dan jika dipikir-pikir lagi bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian seperti menggadaikan kesempatan berbahagia saat ini untuk merasakan kebahagiaan di masa depan yang fatamorgana. Bagaimanapun perasaan bahagia adalah spektrum emosi yang sifatnya sementara. Tidak ada jaminan bahwa kebahagiaan di masa depan akan permanen, dan kesulitan di masa sekarang akan sementara. Tidak ada jaminan ketika kita bersakit-sakit sekarang akan bersenang-senang kemudian, kecuali dalam konsep kehidupan abadi setelah kehidupan di dunia ini, yang mana dalam prosesnya Tuhan melarang umat-Nya untuk dzolim ke diri sendiri dan memberikan kemudahan.


Lalu, pernahkah terpikir kalau bersakit-sakit dahulu, mengorbankan sesuatu di saat ini adalah sesuatu yang tidak akan pernah terganti di masa depan karena segala sesuatu mempunyai waktunya masing-masing? Apa yang berharga dan dikorbankan saat ini tidak akan menjadi berharga lagi di masa depan, dan nyatanya tanpa sadar kita menjadi kehilangan sesuatu yang berharga di masa sekarang untuk sesuatu yang belum pasti di masa depan. Memangnya siapa yang bisa menjamin kalau mengorbankan sesuatu yang berharga di masa sekarang akan ada kehidupan yang lebih mudah di masa depan?

5 thoughts on “Menggadaikan Kebahagiaan

Add yours

    1. Akupun juga tidak mau terlalu berekspektasi pada masa depan, apalagi untuk menggadaikan kebahagiaan, kenyamanan ataupun hal-hal berharga yang kumiliki saat ini, karena siapa yang bisa menjamin masa depan

      Liked by 2 people

  1. Aku tidak mau bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.

    Mengapa aku menjadi diskriminatif sekali terhadap emosi yang fitrah ini?

    Bersakit-sakit, memberi pesan bahwa ada rasa sakit yang perlu kita tengok dan sembuhkan.

    Bersenang-senang, memberi pesan bahwa ada hal menyenangkan hati yang perlu kita nikmati, syukuri, dan kemudian tebarkan ke orang-orang serta lingkungan sekitar.

    Semoga kita menjadi salah satu bagian yang berjuang bahwasegala emosi itu baik.

    Segala momen perlu dipeluk dan dipahami. Jadi, tidak perlu mengorbankan sesuatu yang sebetulnya bisa diselesaikan dengan pemahaman yang baik.

    Liked by 1 person

    1. Terima kasih Mbak Shinta karena sudah mengingatkanku juga bahwa semua emosi adalah baik, fitrah. Semua emosi berhak hadir dan kita manusia sebagai empunya emosi sudah selayaknya menerima dan memeluknya, mendengarkan apapun pesan yg emosi ingin sampaikan dari kehadirannya

      Hehehehe sama-sama Mbak Shinta, semoga tulisan ini menjadi refleksi menuju kebaikan 😊

      Liked by 1 person

Leave a comment

Create a website or blog at WordPress.com

Up ↑