Aku Lelah, Namun Aku Harus Bersyukur

Terkadang hidup jadi “aku” melelahkan. Hingga akhirnya kelelahan itu menimbulkan kebosanan. Pada titik itulah, sempat terlintas pikiran untuk jadi “mereka”. Andaikan, mungkinkah, dan harusnya seperti itulah kata yang keluar setiap kelelahan datang. Terlalu lelah bagiku untuk bisa bergerak, memenuhi kualitas yang mungkin sangat jauh ketika disini aku hanya berjalan merangkak.

Ada banyak cara Tuhan untuk menguji umat-Nya. Seperti kelelahan ini. Hanya sederhana, tetapi sering mengurangi kualitas bersyukur. Dalam suatu kesadaran yang sederhana, aku paham. Bahwa kualitas berbanding lurus dengan ujian. Begitupun tanggungjawab yang berbanding lurus dengan kualitas. Meskipun aku akan mengeluh, tapi entahlah Tuhan selalu menarikku kembali untuk bersyukur. Banyak orang di luar sana yang ingin mencapai apa yang aku capai, dan memiliki apa yang aku miliki. Bersyukurlah, Tuhan memberikan kesempatan. Menjadi tidak istimewa bukan berarti syukur itu jauh untuk dilakukan. Tetapi dalam setiap ketidakistemawaan itu, ada kenikmatan yang diberikan Allah untuk disyukuri. Ada kelebihan meskipun sedikit yang tidak dipunya semua umat-Nya.

3 thoughts on “Aku Lelah, Namun Aku Harus Bersyukur

Add yours

  1. Manusia memang tak ada puasnya, satu-satunya jalan menghilangkan perasaan itu adalah bersyukur terhadap nikmat yang telah Allah anugrahkan pada kita. Selalu rumput tetangga lebih hijau, tapi coba tengok kebawah banyak yang kurang beruntung dari kita, so sudah selayaknya kita bersyukur, nice posting 🙂

    Like

Leave a comment

Create a website or blog at WordPress.com

Up ↑