Apa yang kamu dapatkan dari semakin bertambah tua?

Photo by molochkomolochko on Pexels.com

Apa yang kamu dapatkan dari semakin bertambah tua?

Jadi, akhir-akhir ini aku semakin sering mengamati wajah orang-orang di sekitarku, kerutan di wajah mereka dan berbagai ekspresi yang muncul. Dan perasaan apa yang muncul ketika mengamati wajah mereka? Sedih. Waktu bergerak begitu cepat, namun nyatanya aku tidak cukup menghargai dan mencintai kehadiran orang-orang di sekitarku. Rasanya mungkin aku akan menyesali semua waktu yang telah berlalu dan telah ku sia-siakan tanpa berusaha lebih untuk menghargai dan mencintai mereka. Tidak ada perasaan yang begitu menakutkan bagiku, kecuali kehilangan yang disertai penyesalan. Selain waktu yang berlalu begitu cepat, menemukan kesedihan di wajah orang-orang terdekat selalu menimbulkan perasaan sakit yang menyesakkan. Karena apa? Karena ternyata perasaan tidak bisa melakukan apapun membuat frustrasi. Seberapapun usahaku, tidak akan pernah bisa menghapus kesedihan itu.

Semakin bertambah tua, aku semakin tidak menginginkan apapun. Aku semakin lelah untuk menginginkan sesuatu. Kecemasanku terhadap masa depanpun jauh berkurang, yang terjadi biarlah terjadi, toh aku tidak punya kuasa untuk menghentikan. Dibandingkan menginginkan sesuatu yang tidak kumiliki, aku lebih ingin terhubung dengan semua yang telah kumiliki, menghargai segala sesuatunya, dan merasa cukup dengan diriku sendiri. Akupun juga menyadari, bahwa keterhubungan dengan diri sendiri, dengan orang lain, dengan alam dan Tuhan adalah sebaik-baik kunci untuk menemukan makna dalam hidup.

Semakin bertambah tua, semakin mudah bagiku melupakan semua kenangan menyakitkan di masa lalu dan melihatnya sebagai sesuatu yang memang harus terjadi. Sebagai suatu hal yang bisa aku ambil hikmahnya.Di sela-sela ritual overthinkingku, aku selalu berhasil mengubah label dari kenangan menyakitkan di masa lalu dengan label yang lebih positif atau mungkin aku benar-benar menghilangkan label yang ada di masa lalu.

Semakin bertambah tua, aku semakin menyadari betapa luasnya dunia ini, betapa banyak sisi dunia yang tidak akan pernah aku ketahui dan pahami. Ketika melihat ke dalam diri orang lain, aku semakin membebaskan diriku dari menilai orang lain hanya dari sisi yang mereka tunjukkan. Ketika melihat diriku sendiri, aku menyadari bahwa tidak orang lain yang benar-benar mengetahui apa yang terjadi di dalam diriku. Dan ketika melihat orang lain, aku menyadari bahwa mungkin merekapun juga mempunyai dunia lain yang tidak akan pernah bisa kuketahui dan pahami seutuhnya. Dan lagi, aku semakin membiasakan diriku untuk tidak berekspektasi dan kecewa dengan sikap atau keputusan orang lain hanya karena aku merasa mengetahui dan memahami mereka. Iya, aku ingin membebaskan diriku dari penjara pengetahuan semu yang aku ketahui tentang seseorang. Akupun, entah sejak kapan semakin kesulitan mempercayai orang lain, karena pada akhirnya aku selalu memberi celah untuk meyakini bahwa setiap orang mungkin saja mempunyai sisi yang sangat berbeda dengan apa yang aku ketahui, dan bukan kewajiban mereka untuk tetap menjadi individu yang selama ini aku yakini.

Semakin bertambah tua, aku semakin menyadari bahwa untuk menghidupi diri sendiri saja sudah begitu sulit.

Leave a comment

Create a website or blog at WordPress.com

Up ↑