The Boy, The Mole, The Fox, and The Horse

“Being kind to yourself is one the greatest kindness.” said The mole

“What is the bravest thing you’ve ever said?” asked The boy

“Help.” said The horse

Beberapa hari lalu aku direkomendasikan sebuah buku judulnya The Boy, The Mole, The Fox and The Horse (ada filmnya juga dengan judul yang sama). Bukunya penuh gambar keempat tokoh dan perjalanannya melewati badai bersama, dengan percakapan yang ditulis dengan indah. Serupa dengan penjelasan penulisnya, anak laki-laki di buku ini adalah seorang yang kesepian sebelum akhirnya bertemu dengan tikus tanah, yang kemudian dalam perjalanan bertemulah mereka dengan rubah dan kuda. Di awal buku ada sebuah kalimat yang menarik “I think the wild is a bit like life, frightening sometimes but beautiful.” Kurasa kalimat itu sangat mewakili semua percakapan yang ada di buku ini.

Dari pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh si anak laki-laki, terciptalah percakapan penuh makna. Ada banyak percakapan sederhana nan klasik, yang anehnya mempunyai massa yang begitu besar sehingga mudah sekali tenggelam dalam pikiranku, contohnya dua percakapan di atas.

Dari buku ini, aku mengingatkan diriku (dan mungkin orang lain yang membaca tulisan ini), bahwa kebaikan terbesar adalah melakukan kebaikan ke diri sendiri, menyayangi diri sendiri, sebesar rasa sayang dan kebaikan yang seringkali hanya diberikan kepada orang lain. Seringkali diri menjadi entitas tak terlihat meskipun setiap hari bersama, mudah dilupakan untuk sekedar meluangkan waktu dan bertanya tentang keadaannya ataupun kebutuhannya, sebuah pelukan ataukah telinga untuk mendengar. Karena kehidupan yang terus berjalan, tidak pernah jeda apalagi berhenti, atau jangankan bertanya “Apakah kamu mampu menjalaninya?”, tidak ada yang spesial dari “diri”. Semua hanya perlu terus berjalan dan dijalani. Meskipun, memang begitulah kehidupan. Akan tetapi, ada satu hal yang kurasa perlu untuk diingat dan dikenali yaitu, jika suatu waktu “diri” membutuhkanmu, maka berilah “diri” sebaik-baik kebaikan yang bisa dan biasa kamu berikan kepada orang lain. Meminta tolong kepada orang lainpun tidak apa-apa. Ataupun jika yang “diri” butuhkan hanyalah ruang untuk bernapas, tidak apa-apa, orang lain tidak akan terluka atau mati hanya karena “diri” meminta ruang untuk bernapas.

8 thoughts on “The Boy, The Mole, The Fox, and The Horse

Add yours

  1. Terima kasih ulasan dan bukunya, Noona 🖤🖤

    Yang aku suka dan terharu dalam proses menyayangi diri adalah ketika aku membuat surat cinta untuk diri sendiri, Noona.

    Dalam surat itu, biasanya aku tuliskan surat permohonan maaf karena aku terlalu keras pada diri sendiri. Padahal, selama aku hidup 30 tahun ini, selain Allah, cuma diri aku sendiri yang menemaniku selama ini 😭

    Apalagi bila mengingat kembali kejadian masa lalu yang cukup berat. Ternyata diriku sudah berjuang begitu keras sejak saat itu, hingga aku menjadi sosok yang lebih mapan secara mental seperti saat ini 🥲

    Noona, selamat mengenal dan menyayangi diri lagi..

    Karena diri ini sangat berhak mendapat cinta, kasih sayang, dan permohonan maaf 🖤

    Like

    1. Sama-sama Mbak Shintaaaa~ ☺️☺️

      Wahhhhh kereeeennn Mbak Shin, aku belum pernah mencoba untuk membuat surat cinta untuk diriku sendiri. Dalam proses menuliskan suratnya, jadi membuat menyadari apa saja yang sudah dilalui dan diperjuangkan oleh diri mbak?

      Terkadang kita memang suka lupa akan apa yang sudah dilalui diri, karena sudah berlalu jadi perjuangannyapun terlupakan. Selamat Mbak Shin, karena sudah berjuang dan berhasil melalui masa lalu yang cukup berat 🤍🤍

      Liked by 1 person

      1. Betul, Noona. Bentuk suratnya disesuaikan aja ingin seperti apa. Kalau aku lebih suka pakai kalimat awalan ini “Dear, Shinta. Bagaimana kabarmu hari ini?” Jadi kayak sahabat aja yang lagi ngajak ngobrol dari hati ke hati 😆

        Menurutku menulis surat kayak gitu penting banget, Noona. Karena cara pikir dan perasaan kita itu kompleks. Kalau nggak dituliskan biasanya gambarannya terlalu abstrak. Akhirnya aku pun kewalahan menghadapi diri sendiri 😅

        Kalau sudah ditulis dan menjadi sebuah tulisan, jadi terlihat lebih jelas tentang pikiran dan perasaanku sendiri. Dari situ biasanya jadi keliatan di mana letak masalahnya dan jadi lebih mudah cari solusi yang sesuai dengan aku.

        Kamu coba deh ☺☺☺

        Iya kita sering lupa dan tak jarang merasa nggak cukup terhadap hal-hal yang sudah kita lakukan huhu tapi, kejadian kayak gini normal, Noona. Yang penting sekarang pelan-pelan kita sudah sadar 🥰🌸

        Liked by 1 person

      2. Lalu, apakah suratnya akan dimasukkan ke jar dan digulung cantik atau dibiarkan di buku layaknya diary gitu mbak?

        Benaaaaarrr bangettt Mbak Shin, bahkan bagiku untuk menulis di blog ini aku bisa mengenali hal-hal apa saja yang kuingkari dan ingin kusembunyikan, dan hal-hal apa saja yang ingin kuperlihatkan pada orang lain. Dalam prosesnya menulis aku bisa manyadari bagaimana pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan dalam diriku bertentangan. Seringkali ada pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan yang aku tahu aku memilikinya, namun berusaha kuingkari dan tidak kutuliskan. Pada akhirnya dengan menuliskan ada kesadaran yang muncul tentang proses yang terjadi dalam diri, lebih jelas letak setiap pikiran dan perasaan, tinggal mengembalikan kepada diri ingin memilih pilihan yang seperti apa untuk mengeksekusinya.

        Di blog ini sendiri, ada banyak tulisan yang aku hapus, draft yang aku biarkan menjadi draft selamanya, dan tulisan yang aku private, meskipun begitu aku sendiri merasa bertumbuh di blog ini.

        Dan mungkin menulis surat cinta ke diriku sendiri dengan seapa adanya, adalah hal yang mungkin akan sulit kulakukan, akan tapi tetap layak untuk dicoba

        Terima kasih Mbak Shinta, sudah berbagi~ ☺️☺️

        Liked by 1 person

      3. Hahaha seharusnya aku bikin surat betulan lalu kugulung dan kusimpan di sebuah jar, ya. Noted! Akan aku coba 😘

        Sejujurnya, aku belum pernah menulis surat seperti itu, Noona. Aku menulis surat diblog ini. Kalau kamu ingin coba baca, coba baca diblogku kategori #30DWC.

        Kebalikan dari Noona, aku tipe orang yang nggak kesulitan mengungkapkan pikiran dan perasaanku. Jadi, aku jarang sekali menahan diri untuk nggak ngomong apa-apa. Dampak negatifnya, tentu aja jadi bikin orang takut dan sungkan 🤣 nggak sulit untukku untuk meng-cut off sesuatu. Dampak positifnya, mudah bagiku untuk mendapatkan rasa tenang.

        Kalau kamu perhatikan, dari tulisan-tulisanku keliatan ya aku ini tipe orang yang lumayan terbuka haha meskipun nggak terbuka-terbuka amat. Tapi, aku nggak ragu menuliskan segala perspektifku terhadap sesuatu.

        Jadi, bentuk surat cinta untukku isinya lebih kepada nasihat untuk diri sendiri dan mengapresiasi diri. Karena hal-hal inilah yang jarang aku dapatkan dan lakukan. Kupikir, konsep surat cinta setiap orang bisa beda-beda, Noona. Tergantung hal-hal apa yang belum kita tunaikan, lupa kita perhatikan, atau belum pernah kita dapatkan dalam kehidupan ini. Semangat menulis surat cinta untuk diri sendiri, Noona. Semangat bertumbuh 🖤

        Nggak apa-apa kalau belum bisa menulis surat cinta seapa adanya. Tulislah sesuai kesanggupanmu. Aku rasa, setiap orang memiliki “proses menyembuhkan dan menemukan” yang berbeda-beda. Temukan cara ternyaman dan tercocok untukmu 🥰

        Sama-sama, Noona. Semangat! Terima kasih juga sudah berbagi ke aku 🌸☺

        Liked by 1 person

      4. Okaaayy nanti aku akan menjelajah di blog Mbak Shinta dan membaca #30DWC 😁😁

        Bagus dong Mbak Shin kalau bisa asertif dan mudah cut-off sesuatu, karena dengan begitu diri jadi punya boundaries dan tidak terseret ke urusan-urusan yang tidak seharusnya. Ibarat di film mungkin aku adalah film dengan plot slow burn Mbak Shin, jadinya memang seringkali lambat untuk bergerak selain itu ku bisa memastikan diriku adalah juara bertahan untuk urusan silent treatment 😂😂

        Dari yang aku baca Mbak Shin masih terbuka dalam ukuran yang elegan, tidak oversharing, jadi terbuka secukupnya dengan dewasa.

        Benar sekali Mbak Shin, akupun juga selalu mempercayai bahwa manusia, setiap orang, punya cara menemukan dan menyembuhkan dirinya 😊

        Liked by 1 person

Leave a comment

Create a website or blog at WordPress.com

Up ↑